Monday, June 02, 2008

indonesia artnews agency

www.beritaseni.com dipublikasikan pada tanggal 18 April 2007 di Bandung. Situs [blog] ini memuat reportase, esei, foto, makalah yang berkaitan dengan seni budaya di Indonesia.

beritaseni adalah kantor berita khusus yang menyebarluaskan informasi seni-budaya di indonesia dan salah satu gudang dokumentasi.

Mengundang siapa pun untuk berpartisipasi untuk menyebarluaskan informasi seni-budaya di Indonesia. Kirimkan informasi ke redaksi beritaseni : beritaseni@gmail.com


salam hangat
frino

Labels: ,

Tuesday, September 07, 2004

Cibaligo - Padalarang - Bandung

Malam masih hening, waktu yang tepat menyamankan segala persoalan

salah satu tempat yang asyik untuk menghentikan waktu adalah Selasar Sunaryo Art Space, malam itu bersama Iwan (Ewon, artist performance) naik vespa menyapa art space yang ramai. Ada Jim Supangkat (curator), Asmudjo Jono Irianto dan Rizki A. Zaelani(juga curator), Saini KM, Titarubi (seniman), Sunaryo, Heru Cs, Mas Arief Yudi, Mbak Wiwis yang cakep, trus ada Mbah Diah yang lucu, Ibu Yani yang ramah, juga ada seorang gadis yang cantik berambut pendek, berkacamata, asyik jeprat-jepret dengan kamera digital...malam itu ramai, pembukaan pameran tunggal AGUS SUWAGE bertema "Toys 'S' Us".

Statement Sunaryo,"karya-karya Agus Suwage inilah yang diinginkan oleh Selasar, karya-karya terdepan seni rupa Indonesia di masa datang yang bisa diapresiasi dari mulai anak-anak sampai orang dewasa."

Setelah bersapa, mengucapkan selamat sama Mas Agus Suwage bersama Mas Arief Yudi, Mas Iir (Asmudjo), Dida dan Andri Moch berangkat menuju Cibaligo (rumas mas Iir). Disana diskusi dan menentukan langkah strategis untuk acara Bale Pare Art Festival : The Making of Art.

Permasalahan utama : bagaimana menyelesaikan katalog festival dan koordinasi dengan anggota panitia lain. Untungnya beres. Mas Iir terlihat cape tapi terus mencari bahan untuk tulisan di katalog. Seorang profesional yang tangguh! Obrolan tidak lama kemudian masing-masing bekerja.

Pagi hari, Mas Iir ke Jakarta, aku dan mas Arief ke Padalarang melakukan koordinasi dengan pihak Kota Baru Parahyangan. Ketemu dengan Raymond, Manajer Marketing. Kemudian bagaimana mengatur press confrence tanggal 18 September 2004. Ajuan release tidak begitu banyak berubah. Menarik!

Setelah dari Kota Baru Parahyangan ke Bale Seni Barli menemui isteri Pak Barli untuk melakukan koordinasi mengenai stand. Beres!

Mas Arif dapat dibilang sebagai negosiator ulung mampu menjembatani persoalan setiap pendukung acara. keren! Tapi Mas Arief sudah tampak kelelahan dan rindu keluarga di Jatiwangi lebih-lebih urusan pabrik Gentengnya.

Lepas dari KBR ke Selasar tuk ngikutin artist talk Mas Agus Suwage. Tapi telat, bete! tugas masih belum selesai, yakni nemuian mbak Titarubi, meminta foto dan data seniman jogya. Beres, tanggal 10 September semua data akan dikirim. Mbak Tita yang baik, smart.

Ketemu Heru, yang bikin kesal Mas Arief karena kurang koordinasi, diajak minum vodka cruiser yang dingin wuiiihhhhhh...segerrrrrrr. Heru soal minum jago. Aku dan Heru koordinasi masalah katalog dan penulisan, juga pengaturan publikasi acara. Heru mulai bersemangat!! HOREEEEEEEEEE....

Perjalanan yang melelahkan hari ini bersama Mas Arief. Sebagai teman dan pimpinan dia termasuk orang yang sabar dan penuh pengertian terhadap team-nya. Mungkin hanya soal scheduling agak keteteran, tapi jago sekali soal improvisasi dan mengambil keputusan yang tepat di saat team lagi lost way.

tugas : cari data lagi, scan foto dan menulis soal fotografi

aku benar-benar lelah...

Thursday, September 02, 2004

JAUH

dinginnya masih menyelimuti
tapi tak seperti kemarin lagi
kau memang telah pergi

Thursday, August 19, 2004

Fanny Pergi Lagi

aku lihat matamu menyentuh hujan
memancarkan lagi cerita yang pernah kau garis
dan lagunya adalah birama deru sepeda motor tua
yang kau beli dulu

sayang hujan ini
tak pernah bisa menahan langkahmu
meski hujan inilah yang mengantarkan
kau pertama kali datang

apakah setiap cerita harus seperti ini?

[fanny gadis france yang dicintai banyak orang]

04.45 AM
19 Agustus 2004

Thursday, August 05, 2004

I'm Limited Edition Mechanize #2

I'm Limited Edition Mechanize #2 [0 Km]

Tiga puluh satu Juli 2004, langit di atas tanah Pasundan full moon, masih bersama embun dan dinginnya malam.
"Sial, aku nggak bisa tidur!"

Mengenang masa lalu untuk saat-saat seperti ini sangat penting karena besok belum tentu aku bisa menikmatinya lagi. flashback seperti slide projector, klik klak, berganti gambar, berganti cerita berganti nuansa semuanya berganti.

Perlahan awalnya dan akhirnya tiba-tiba....pada satu hentian, menyingkap beberapa rahasia yang dimulai dengan pertanyaan, apakah kondisiku detik ini merupakan konsekuensi dari detik sebelumnya? Jika ya, masa sih? dan kalau pun bukan, kenapa?

1 Agustus nanti, sebentar lagi, hanya beberapa jam lagi, dan mataku masih saja belum terpejam. Seperti perasaan yang selalu dihantam godam. Kesakitan ini tak ingin kupelihara tapi entah mengapa tumbuh subur begitu saja seperti rumput yang tak dinginkan di tengah padi yang baru ditanam. Selalu seperti ini.

Kali ini tidak saja persoalan diri tapi saat kutelusuri, kenyataannya adalah hal yang di luar diriku ternyata selalu berkaitan satu sama lain, seperti jaring laba-laba. Entah darimana awalnya setiap sambungan itu. Tiba-tiba saja aku merasakan semuanya.

Mengejar cita-cita adalah keharusan, menjadi tujuan untuk hidup dan demi mempertahankan hidup. Tapi cita-cita memang tidak segampang yang tertulis dalam cerita, lebih sulit dari yang pernah kukira sebelumnya. klik balik lagi ke belakang, sial!

Gambar ini tak pernah hilang, gambar-gambar kesunyian. klik!

Pagi ini, telah kubulatkan semangat, menuntaskan perasaan sunyi dan ketakutan yang berlebihan atas masalah sosial, kultur yang berdekatan dengan diri ini. dan Kota namanya bersama kemacetannya, polusi, penebangan hutan kota, orang-orang yang tahunya cari selamat, dan seterusnya. Banyak hal!

Berjalan mundur di tengah jalan raya, tanpa melihat ke belakang, tanpa menggunakan spion seperti orang-orang, hanya mengandalkan intuisi yang ngaco aku berharap selamat di tujuan.

Langit di puncak Tangkuban Perahu gelap....dan sekitarnya sangat gelap inilah gelap yang paling gelap. di atasnya cahaya bulan yang malu tak kuat menembus kegelapan, masih berusaha menyapa ramah.

"aku berdoa, tapi tak pernah satu orang pun tau doaku."

satu-satu mulai kujalani, merayap tak berdaya di tengah desingan kendaraan yang melaju mengangkangi jalan raya. aku hanya minta ampun untuk ruang yang kuminta sedikit dari sekian detik waktu saat mereka melintasnya. hanya sekian detik untuk sekian centimeter saja! dan itu pun ada yang tak terima.

"aku nggak boleh marah...aku nggak boleh marah...."

Sedan, truk, sepeda motor, aspal yang panas semuanya menjadi akrab perlahan-lahan. Kesunyian dan ketakutan semakin menjadi-jadi. sial!

Tangkuban Perahu - Jalan Raya Lembang - Jalan Setia Budhi - Jalan Cihampelas - Jalan Padjajaran - Jalan Wastukancana - Jalan Braga - Jalas Asia Afrika - Titik 0 Km Bandung, 18.49 menit 25 detik (menurut catatan Yudha Dayak), akhirnya aku selamat.

0 Km kucium, bau polusi, korupsi, kejahatan kota, penindasan, kehidupan kota yang rasis, materialistis, dehumanisasi. titik 0 km kucium lagi, bau mulut pendusta, sok suci, segala hal...lelah..aku lelah...

sunyi dan takut tak pernah hilang
titik awal dan akhir adalah menjadi
ruangku benar-benar sempit di sini


thanks buat kawan-kawan yang 'menyemangati hidup'

Yudha Dayak [PO]; seorang sahabat yang selalu sabar mengurus acara ini, sangat sabar.
Da, team kita nggak ada ceweknya!
Uga Stigma; yang ngasih minum saat aku jalan
Irwan Boling; videomaker yang asli pejalan kaki, TOP!
Furqon ; sembah sujudku atas kesadaran yang kau miliki dalam setiap waktu!
Aries ; paling heboh di jalan, wawancaranya keren (bareng furqon)
Ewon si Invalid Urban ; jangan malu-malu Won untuk memanggil si Dia
Bobby Tempo ; jurnalis muda berbakat yang baik hati
Ari Babon;ini orang paling bikin sebal, tapi gimana lagi dah jadi adik sendiri. hati-hati dengan kata-kata yang bisa membunuh diri sendiri.
Kiki Rajor; yang nge-shoot juga, celananya robek ampe to'olnya keliatan hehehehe...(adik kayak si Ari)
Pahri; yang nge-shoot juga, ni orang semangat politiknya tinggi juga
Erwin ; rela minjamin blazernya buat perjalanan ini, pengusaha ikan arwana sukses!
Don Usep, DAVID MOSLEM & Wilmance ; fotografer yang haus belaian perempuan hehehe..gambar yg keren men! Man...filsafatnya masih okeh? Don......si Anggi gimana?
Badrus; kepala logistik
Pungki; oke juga nih, gimana kabar Nora hehehehehe...(logistik)
Kamal: ampe kencing di celana ya karena jumpa 'sesuatu' di tangkuban hehheehe..(logistik)
MAS FAHROER; ini orang tua yang keren hehehee.......sip mas
lalu ada ARMADj Jamparing, Pipan, PRimooooo, Pipannn, Habib, Abi
Heru Hikayat; maju terus bung
kawan-kawan AJI Bandung

International Association of Performance Art Organizer
Yoyoyogasmana; pak ketua B+PAC yang baik hati, minjemin cameranya
Neng Jill (U.S); ibu yang gelo kata Uga hehehehehehe





Tuesday, July 27, 2004

POETRY

masihkah gelombang di hatimu
setelah kau menggetarkan hatiku

   
lima tahun disini
angin laut cina selatan masih terasa membaui
sekujur tubuh
menggarami setiap tulang-tulang juga persendian
kesendirian masih tersisa
menyelimuti bagai embun menjelang fajar

ada jurang yang sering kunikmati antara kita
membuat nelangsa
membekukan setiap kata-kata
tiada bunga tiada tersurat
lalu menjadi tanda
dan keraguan adalah milikku

pernah kutanyakan,"Dimanakah letak Timur dan Barat?"
di atas bumi yang bulat
sebulat-bulatnya keyakinan untuk tetap hidup

"Dalam sembilan hatiku," jawabmu
di dalam hati bumi yang luas
seluas-luasnya keraguan untuk tetap mencintai

kunikmati sisa situs makna yang buram
lalu menyimpannya
dalam mimpi
sebab hanya itu yang aku punya


 
Bandung, 16 Juli 2001
01.00 setelah deathline

POETRY

Dear Zarathusra

aku sedang mengayuh atas biduk kecilku
dalam setiap putaran waktu
gelombang panas dan dingin
terombang-ambing di tengah lautan
tak berarah
bimbang terkutuk
siang aku punya matahari
malam kumiliki bintang
jemput aku zarathusra


Bandung, 26 Oktober 2000

poetry

Aku  Tidak Ingin Mencintaimu Sepenuh Hati

Oleh : Frino Bariarcianur

aku tidak ingin mencintaimu sepenuh hati
tapi bagaimana bisa
telah kucoba membunuhnya dengan senjata mutakhir
dari senjata kimia, bom atom juga molotov
beramunisi jiwa yang murka
masih aku berasa

aku tidak ingin mencintaimu sepenuh hati
tapi bagaimana bisa
sebab langit masih biru tidak merah seperti darahku
yang mendidih setiap waktu
melihat rona di wajahmu

aku tidak ingin mencintaimu sepenuh hati
tapi bagaimana bisa
dari luar musik distorsi sesak ditelinga
menaikkan adrenalin yang membuatku gila
semakin

aku tidak ingin mencintaimu sepenuh hati
tapi bagaimana bisa
kemiskinan yang ada tidak berarti
dalam sorot matamu
padahal telah kumatikan seluruh jiwa

aku tidak ingin mencintaimu sepenuh hati
tapi bagaimana bisa
kemunafikan dan ilmu sihirku telah punah
hancur oleh suaramu

aku tidak ingin mencintaimu sepenuh hati
tapi bagaimana bisa
untuk tak memandangmu pun
aku tak bisa


 
Bandung, 7 November 2001
Setelah deathline di Redaksi Surabaya Post Bandung

ESSAY

Realitas Seni Dalam Dunia Hiper-realitas

Oleh : Frino Bariarcianur 

Melihat perkembangan teknologi mutakhir abad 21, khususnya apa yang disebut sebagai teknologi simulasi, mengakibatkan terjadinya perubahan pandang dunia manusia secara besar-besaran. Dengan teknologi simulasi ini khususnya teknologi informasi dan cyberspace manusia telah mampu menciptakan berbagai realitas baru.

Realitas baru ini disebut ‘hiper-realitas dan ‘realitas virtual. Bila sebelumnya manusia dibatasi oleh berbagai kendala metafisis, transendental atau teologis, yang di dalamnya manusia tidak dapat menjangkau dunia yang ‘malampui’  fenomena fisik, maka lewat teknologi—khususnya teknologi cyberspace—berkembang berbagai klaim, bahwa manusia kini justru bisa ‘memasuki’, ‘menjelajah’ dan ‘hidup’ di dalam dunia transenden, metafisik dan teologi tersebut. Sehingga batas antara fisik/metafisik, trnasenden/imanen, antropologis/teologis kini tampak semakin melebur. semuanya bisa terjadi. Karena dengan kecanggihan teknologi setiap orang dapat menciptakan realitasnya sendiri yang dapat pula dikonsumsi oleh orang banyak.

Maka setidaknya ada tiga kategori ‘realitas’ yang dihadapi atau direpresentasikan dalam seni sekarang: pertama, realitas ‘transendental’, khususnya realitas-realitas ketuhanan. Realitas ini direalisasikan ke dalamb berbagai bentuk seni, yang di dalam sebuah ruang yang disebut ‘ruang spiritual’ (spiritual space). Kedua, realitas imanen, yaitu realitas permukaan yang bersifat konkrit. Realitas ini merupakan fenomena ruang fisik yang dapat dijangkau oleh kemampuan perseptual dan kognitif manusia. Ketiga, ‘realitas melampui’ yaitu realitas yang melampui prinsip alamnya sendiri. Diantaranya termasuk fenomena ‘realitas virtual’ (virtual reality), yaitu realitas yang tercipta dari halunisasi yang terbentuk dari ruang data di dalam komputer.

Perkembangan teknologi simulasi, seperti yang dijelaskan oleh Jean Baudrillard di dalam Simulation, telah menggiring masyarakat kontemporer pada sebuah kondisi, dimana realitas telah diambil oleh ‘model-model’ atau ‘simulasi realitas’.Sebenarnya hiper-realitas ini tidak merujuk pada realitas sesungguhnya yang umum dialami oleh manusia.

Simulasi mengancam lenyapnya perbedaan antara yang benar dan yang salah, yang asli dan yang palsu, yang nyata dan yang imajine. Simulasi adalah penyempurnaan segala sesuatu lewat teknologi, sehingga ia melampui kondisi aslinya. Di dalam hiper-realitas dunia tidak bersifat dialektik, malah sebaliknya ia menuju ke arah ekstrim yaitu ke arah superlatif : Ia lebih nyata dari kenyataan itu sendiri, lebih cantik dari kecantikan itu sendiri, lebih benar dari kebenaran itus sendiri atau lebih buruk dari keburukan itu sendiri.

Di dalam dunia hiper-realitas terjadi proses dorong-mendorong sistem atau konsep atau argumen menuju titik ekstrim, dimana sampai pada satu titik setiap sistem, konsep atau argumen tersebut telah kehilangan logika. Informasi, misalnya, berkembanga ke dalam berbagai wujud barunya sebagai “boom informasi”, yang melampaui alam, sifat atau tapal batas total yang seharusnya tidak ia leawati, yang akhirnya menghancurkan obyektif dan tujuannya sendiri.

Hiper-realitas juga merupakan satu bentuk dari apa yang disebut ‘modernitas radikal’, yaitu modernitas yang merealisasikan dan mematrealisasikan segala sesuatu yang selama ini dianggap bersifat utopis. Segala bentuk utopia telah tercapai dalam dunia hiper-realitas. Tidak ada lagi daerah angan-angan, tidak ada lagi tanah impian, oleh karena semuanya diasumsikan bisa dicapai, direalisasikan dan dapat dimatrealisasikan.

Seiring dengan perubahan cara pandang dunia manusia, seniman kini berpaling dari fenomena jiwa dan ruh, dan menaruh perhatian besar pada fenomena tubuh dan zat, dari dunia transenden ke arah dunia imanen. Subyek manusia –yang kini semakin menyadari otoritas yang mereka miliki atas pengetahuan dan alam—kini berupaya membebaskan diri mereka dari otoritas-otoritas transendental (mitos, alam, Tuhan). Dengan perkataan lain, perhatian seniman kini secara berangsur-angsur beralih dari apa yang disebut sebagai “ruang spiritual” ke arah apa yang dipahami sebagai “ruang fisik”.

Ketertarikan terhadap dimensi-dimensi fisik ini telah menjauhkan seniman dari semangat teosentrisme abad pertengahan. Gaya baru lukisan yang dipelopori oleh Giotto dan penerusnya mereflesikkan ketertarikan pada dunia fisik ini. Seniman tidak lagi melihat dunia obyek sebagai refleksi dari Tuhan, akan tetapi secara intensif menyelidiki secara empiris terhadap apa yang mereka betul-betul lihat secara konkrit.

Obyek-obyek tersebut direpresentasikan secara lebih ilmiah dan empiris, berdasarkan ukuran dan penilaian seniman sendiri, ketimbang era sebelumnya, yang sangat bergantung pada kanon-kanom keagamaan. Meskipun Giotto masih melukiskan subyek-subyek religius, ia kini secara lebih mendalam menaruh perhatian pada prinsip-prinsip bentuk fisik.

Bagaimanapun dunia hiper-realitas dan realitas virtual telah menimbulkan pergeseran pemahaman ke setiap sendi kehidupan. Khsusus di dalam dunia seni, keberadaan dunia tersebut telah memperluas pemahaman dan pengertian mengenai apa yang disebut sebagai seni atau karya seni. Dunia hiper-realitas juga dunia virtual telah memungkinkan pula penjelajahan ke dalamb berbagai kemungkinan baru ekspresi seni, yang sebelumnya tidak dapat dibayangkan di dalam dunia nyata atau realitas konkrit.

Meski menawarkan berbagai ‘realitas baru’ yang menjanjikan, dunia hiper-realitas dan realitas virtual pada kenyataannya mengandung berbagai resiko, khususnya resiko ketidakpastian makna, kemustahilan kebenaran (truth), dan disinformasi, disebabkan kondisi tanpa identitas, tanpa teritorial dan tanpa otoritas membangunnya. Salah satu problematika di dalam dunia hiper-realitas adalah meluasnya ‘kebrutalan tanda’. Pemerkosaan terhadap gambar, hibirida visual yang tidak terkendali, pemutarbalikkan fakta, perusakan ikon-ikon pada situs, simulakrum media.

Ada semacam permainan bebas tanpa aturan sedikit pun di dalamnya, yang tanpa peduli dengan makna yang ditawarkannya bagi sebuah kehidupan sosial yang bermakna. Anda seniman, sudah siap menjalani hiper-realitas itu?

(disarikan dari makalah Yasraf Amir Piliang berjudul "Rimba Raya Dunia Maya" dalam simposium “Menimbang Globalisasi Sebagai Masalah Pemampatan Ruang-Waktu di Museum Geologi Bandung, 2/9/2001)
                 

 

 

Mewangilah Bunga-Bunga Seperti Dulu

Mewangilah Bunga-bunga Seperti Dulu
 
                                                             Untuk Haryoto Kunto
 matahari
masih seperti dulu, tetap bersinar
sama sewaktu kau mengorek-ngorek kota ini

Braga, Asia-Afrika, Taman Maluku, Sukamiskin, Cikapundung
masih ada sisa-sisanya

sayang
semerbak bungamu yang kau cium
tak lagi wangi alami


Bandung, 25 September 2001

tangis

begitulah adanya kesendirian ini
dibuai oleh lagu suaramu, Ima
mendengarmu,

tangisku tak berair lagi

13 Maret 2001

Friday, July 23, 2004

poetry

untitled

ada satu ide katakan lucu
seperti dunia yang tak seperti satu
pada satu hari menjelang malam
dengan lampu-lampu iklan yang mulai menyerang rindu
saatnya
angin membawa bau tubuhmu
yang mampu menghentikan begitu saja
apa yang sedang kukerjakan
tapi kau lewat begitu saja
bagai kapas yang terbang di padang ilalang mimpi
 
aku ingin menjadi coklat hari itu
ide standard dan sengaja kubuat lucu dan kuberitahu
 
lalu...
(23/07/04)